Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

forum warga TKJ SMK Negeri 7 Semarang


3 posters

    Pengaduan si anak 15 tahun . . .

    ramundro
    ramundro
    Admin


    Posts : 142
    Points : 51253
    Reputation : 0
    Join date : 2010-06-08

    Pengaduan si anak 15 tahun . . . Empty Pengaduan si anak 15 tahun . . .

    Post by ramundro Tue Jul 20, 2010 11:31 am

    Langit sore telah menunjukkan keindahannya di balik mendung yag menggunung di telatah jagad bumi. Burung-burung telah berkicau memanggil-manggil anak-anaknya agar segera pulang. Angin juga mulai berlari lebih kencang ketika malam hampir menjelang. Sementara itu, di pojokan desa Sukmajaya duduk dengan tenangnya seorang anak 15 tahun di tepi sawah. Seakan ia adalah bagian dari padi yang bergoyang ke kanan ke kiri mengikuti laju angin. Anak itu, mata nya tajam menantang surya. Tidak hanya tajam, mata itu memancarkan sinar kemenangan, seakan ia telah menang melawan mentari hari ini. Senyum palsu tersungging di bibirnya. Tangannya mendekap kedua lutunya dengan erat agar kakinya tak lepas terkena hempasan angin. Angin sore kini telah membawa bau malam ke celah-celah rumah penduduk Sukmajaya. Namun si anak 15 tahun tetap tak beranjak dari tempatnya mendekap lutut. Tetap dengan posisi yang sama dari beberapa jam yang lalu. Yang berubah hanya tatanan rambutnya, yang oleng ingin mengiyakan ajakan angin. Dan ketika sudah muak dengan kesombongan sorot mata si anak 15 tahun, sang surya pun segera pergi meninggalkan langit bumi bersembunyi di bawah kegelapan malam. Dan seketika itu pula kepala tegak si anak 15 tahun gontai, seakan menahan berat yang ia tangguhkan. Senyum palsu tetap tersungging, tapi sorot mata kemenangan itu kini telah berubah menjadi mata air kesendirian. Meneteskan embun demi embun air mata. Anak itu menangis. Menangis dalam dekapan sang malam.

    Bulan kini telah tampak indah di sepanjang malam. Malam ini langit begitu cerah. Tak menyisakan sekecil debu pun tempat untuk langit mendung. Bintang-bintang beretebaran disana-sini membentuk gugusan keindahan yang maha agung. Menandakan sang penabur bintang memiliki kuasa seni yang Maha Dahsyat. Suara-suara binatang malam mulai terdengar sayup-sayup. Derak pohon bambu yang tertiup angin malam seakan bersenandung mengagumi keindahan malam ini. Dan si anak 15 tahun tetap terpaku di tempat ia duduk. Kali ini tangannya sudah tak mendekap lutut. Karena ia tahu angin malam tak sekuat angin sore. jadi ia tak perlu takut lututnya lepas dari kakinya. Yang tak berubah hanya matanya. ia tetap menangis. Menangis tanpa suara, menandakan bahwa ia adalah anak yang kuat. Anak yang kuat yang sebenarnya tak ingin mengeluarkan air matanya dengan sia-sia. Perlahan, ia menengadahkan wajahnya menatap hamparan langit luas di hadapannya. Menatap bulan dengan tatapan nanar, marah, dan sedih. Dengan suara berat dan serak menahan tangis, ia lontarkan kata-kata pengaduan ke hadapan Tuhan Sekalian Alam.
    'Tuhan, jangan marah padaku. Aku hanya ingin mengadu'. Wajahnya kembali tertunduk seakan takut Tuhan akan marah kepadanya. Tak kuasa lagi si anak 15 tahun menatap langit luas. Ia bergumam dengan wajah tertunduk. Takut. tapi marah.
    'kata ibu, asal aku sholat dengan benar, belajar mengaji, berbakti pada beliau, Kau akan sayang padaku. kata Ibu, aku tak perlu iri dengan Adi yang setiap minggu bisa beli baju dan sepatu baru, karena kelak Kau akan memberiku istana di surga, asal aku berbakti pada ibu. kata Ibu, Kau juga akan mempertemukanku dengan bapak yang seumur hidupku belum pernah kutemui kelak, asal aku rajin ngaji dan sholat. kata ibu, Kau akan sayang aku. kata ibu, Kau akan sayang aku'.
    kini ia berani menatap langit kembali. matanya tajam, tapi tetap dihiasi dengan bening air mata. dengan suara berat bercampur kesedihan yang luar biasa, ia berkata lantang, 'TUHAN!! KAU TAK ADIL!!!' .Hingga rumah-rumah yang tadinya telah tertutup pintunya karena takut dingin menelusuk ke bawah ranjang tidur, kini dibuka kembali oleh sang pemilik rumah. Satu rumah, dua rumah, tiga rumah, dan kini hampir semua rumah telah terbuka. Sang empunya kebingungan, mencari dari mana asal suara keras lantang itu. Suara menyakitkan dan menyedihkan. Suara yang bahkan tak hanya berhasil membuka pintu-pintu rumah penduduk, tapi juga pintu hati sang pemilik rumah.
    'Kau bilang Kau Maha Adil? Kau bilang Kau Maha Penyayang? Kau bilang Kau sayang hamba Mu? tapi mana? mana? Kau bahkan tak peduli padaku. Kau bahkan mungkin tak melihatku menangis seharian disini. Kau tak peduli padaku'. Kini hampir semua warga telah berada di pinggir jalan menyaksikan jeritan hati si anak 15 tahun. beberapa ibu-ibu bahkan telah menangis haru karenanya. Ada pula seorang bapak yang berjalan maju ingin mengahmpiri si anak untuk menghiburnya, tapi dihalang oleh penduduk lainnya. Mereka semua seakan ingin mendengarkan jeritan anak itu kepada Sang Pamilik Alam. Angin malam yang dingin menusuk juga tak ingin kalah menambah keharuan malam itu. Derak bambu telah diam. suara-suara binatang malam juga tak terdengar lagi. Seakan ingin memberikan kesempatan kepada si anak untuk berdialog dengan Tuhan. hanya ia dan Tuhan, seru sekalian alam.
    'Kau tak pernah memberiku kesempatan melihat bapak. Dan sekarang, Kau pun telah mengambil ibuku. Kenapa?? Kenapa Kau ambil ibuku? Apa ini yang Kau bilang Adil? Apa ini tanda kasih Mu? Apa Kau ingin melihatku menangis seumur hidupku? Apa kau ingin aku ikut mati menyusul ibu? '. Bulan yang tadinya muncul dengan senyum menawannya tak mengira malam ini akan menjadi malam yang berat baginya. Tak ia lewatkan ketika awan lewat di depannya, ia bersembunyi di belakangnya. ia tak ingin semua makhluk bumi tahu, kalau ia ikut menangis.
    'Tapi tidak Tuhan!! Aku akan menunjukkan pada Mu, bahwa aku tak akan menangis seumur hidupku. Aku tak akan membiarkan Mu mengejek ku karena aku tak bisa bertahan tanpa mereka. Lihat Tuhan!! Aku akan membuktikannya! Aku akan membuktikan pada Mu bahwa aku bisa bertahan! Bahkan aku akan membuat Mu memujiku karena kehebatanku kelak! Lihat saja Tuhan!!!'. Dan si anak 15 tahun menyeka air matanya. Membuat senyum baru, sebagai penanda ia mampu membuktikan semua ucapannya. Sementara penduduk desa terpaku di tempat mereka berdiri, seakan tak percaya akan ketabahan si anak 15 tahun, dengan langkah tegap seorang pemenang, ia berjalan pulang ke rumah nya. Rumah yang kemarin masih ia tempati bersama ibu nya tercinta.
    chuckychucky
    chuckychucky
    Biji


    Posts : 65
    Points : 51036
    Reputation : 3
    Join date : 2010-06-08
    Age : 32
    Location : Semarang

    Pengaduan si anak 15 tahun . . . Empty Re: Pengaduan si anak 15 tahun . . .

    Post by chuckychucky Tue Jul 20, 2010 3:54 pm

    usahakan nulisnya jangan mepet" con.

    di sekolah dulu di ajari paragraf kan??

    lagian kalo ga mepet" juga di liat lebih enak, yang baca juga jadi lebih semangat.

    Trimakasih
    Cool Cool Cool
    ramundro
    ramundro
    Admin


    Posts : 142
    Points : 51253
    Reputation : 0
    Join date : 2010-06-08

    Pengaduan si anak 15 tahun . . . Empty Re: Pengaduan si anak 15 tahun . . .

    Post by ramundro Tue Jul 20, 2010 3:59 pm

    hehehe,
    thanks,

    lha itu asline ne yo cuma 2 paragraf ewg,
    mohon dieditkan,
    hehe,
    chuckychucky
    chuckychucky
    Biji


    Posts : 65
    Points : 51036
    Reputation : 3
    Join date : 2010-06-08
    Age : 32
    Location : Semarang

    Pengaduan si anak 15 tahun . . . Empty Re: Pengaduan si anak 15 tahun . . .

    Post by chuckychucky Wed Jul 21, 2010 10:00 am

    ramundro wrote:hehehe,
    thanks,

    lha itu asline ne yo cuma 2 paragraf ewg,
    mohon dieditkan,
    hehe,

    emoh.. edit dewe. hahaha

    oke lah, menulis itu idealisme. ga ada yang bisa menyuruh kita buat menulis apa. We write what we gonna write.

    tapi seenggaknya tetap jangan egois, perhatikan yang mau baca juga dengan bentuk penulisan yang enak.


    ah.. ngomongku kok kyk wes sangar wae, cuma pengen sharing Very Happy Very Happy Very Happy
    ramundro
    ramundro
    Admin


    Posts : 142
    Points : 51253
    Reputation : 0
    Join date : 2010-06-08

    Pengaduan si anak 15 tahun . . . Empty Re: Pengaduan si anak 15 tahun . . .

    Post by ramundro Wed Jul 21, 2010 11:32 am

    chuckychucky wrote:
    ramundro wrote:hehehe,
    thanks,

    lha itu asline ne yo cuma 2 paragraf ewg,
    mohon dieditkan,
    hehe,

    emoh.. edit dewe. hahaha

    oke lah, menulis itu idealisme. ga ada yang bisa menyuruh kita buat menulis apa. We write what we gonna write.

    tapi seenggaknya tetap jangan egois, perhatikan yang mau baca juga dengan bentuk penulisan yang enak.


    ah.. ngomongku kok kyk wes sangar wae, cuma pengen sharing Very Happy Very Happy Very Happy


    iyo, cuman aku bingung nganune, menggal paragraf ngndi,
    lha kui kan yo cuma ada dua inti cerita,
    njur pie??
    chuckychucky
    chuckychucky
    Biji


    Posts : 65
    Points : 51036
    Reputation : 3
    Join date : 2010-06-08
    Age : 32
    Location : Semarang

    Pengaduan si anak 15 tahun . . . Empty Re: Pengaduan si anak 15 tahun . . .

    Post by chuckychucky Wed Jul 21, 2010 11:43 am

    Bulan kini telah tampak indah di sepanjang malam. Malam ini langit begitu cerah. Tak menyisakan sekecil debu pun tempat untuk langit mendung. Bintang-bintang beretebaran disana-sini membentuk gugusan keindahan yang maha agung. Menandakan sang penabur bintang memiliki kuasa seni yang Maha Dahsyat. Suara-suara binatang malam mulai terdengar sayup-sayup. Derak pohon bambu yang tertiup angin malam seakan bersenandung mengagumi keindahan malam ini. Dan si anak 15 tahun tetap terpaku di tempat ia duduk. Kali ini tangannya sudah tak mendekap lutut. Karena ia tahu angin malam tak sekuat angin sore. jadi ia tak perlu takut lututnya lepas dari kakinya. Yang tak berubah hanya matanya. ia tetap menangis. Menangis tanpa suara, menandakan bahwa ia adalah anak yang kuat. Anak yang kuat yang sebenarnya tak ingin mengeluarkan air matanya dengan sia-sia.


    Perlahan, ia menengadahkan wajahnya menatap hamparan langit luas di hadapannya. Menatap bulan dengan tatapan nanar, marah, dan sedih. Dengan suara berat dan serak menahan tangis, ia lontarkan kata-kata pengaduan ke hadapan Tuhan Sekalian Alam. 'Tuhan, jangan marah padaku. Aku hanya ingin mengadu'. Wajahnya kembali tertunduk seakan takut Tuhan akan marah kepadanya. Tak kuasa lagi si anak 15 tahun menatap langit luas. Ia bergumam dengan wajah tertunduk. Takut. tapi marah.







    kui sih sing iso tak tangkep..

    tapi neg di delok seko kata"ne, emang sebenere ga iso di pisah.
    tapi neg menurutku malah kata"ne terlalu panjang..
    terkesan ngelantur. hehehe.. CMIIW


    Coba baca Harimau-harimau ne Mochtar Lubis. Keren..
    belajar mendeskripsikan keadaan sedetil"nya, tanpa terkesan lebay Very Happy
    ramundro
    ramundro
    Admin


    Posts : 142
    Points : 51253
    Reputation : 0
    Join date : 2010-06-08

    Pengaduan si anak 15 tahun . . . Empty Re: Pengaduan si anak 15 tahun . . .

    Post by ramundro Wed Jul 21, 2010 12:21 pm

    padalo intine aku cuman pengen crita yen anak e kui sedih gara2 ibu'e ge ntes meninggal. hehehehe,

    thanks saran nya,
    akan sangat membantu,
    cepun
    cepun
    Admin


    Posts : 83
    Points : 51093
    Reputation : 1
    Join date : 2010-06-07
    Age : 33
    Location : Semarang

    Pengaduan si anak 15 tahun . . . Empty Re: Pengaduan si anak 15 tahun . . .

    Post by cepun Wed Jul 21, 2010 8:28 pm

    bos ramundro, ada terusannya gak??

    ditunggu cerita2 bermutu lainnya... bounce
    ramundro
    ramundro
    Admin


    Posts : 142
    Points : 51253
    Reputation : 0
    Join date : 2010-06-08

    Pengaduan si anak 15 tahun . . . Empty Re: Pengaduan si anak 15 tahun . . .

    Post by ramundro Thu Jul 22, 2010 7:04 am

    hehehe,
    belum kepikiran ada lanjutannya pa g,
    lagi banyak kerjaan,
    hehehe,
    (sok mode on)

    Sponsored content


    Pengaduan si anak 15 tahun . . . Empty Re: Pengaduan si anak 15 tahun . . .

    Post by Sponsored content


      Current date/time is Wed May 15, 2024 4:10 pm